Oleh :
Rosyid Jamil
Ketua Gema Perkasa Indonesia Pasuruan
Pasuruan | WartaNusa -Manusia diciptakan dari tanah, entah apa maksud Tuhan tentang asal muasal penciptaan ini. Ada beberapa alasan yang menjadi spekulasi, termasuk yang paling esensial dan fenomenal adalah sehina dina itulah sisi penciptaan yang mengarah pada aspek moral. Tanah yang sangat tidak berharga, menjadi media injakan dan tempat yang pasti untuk memuntahkan ludah.
Tentu tidak serendah itulah tanah dalam eksistensinya. Tanah sering dijadikan afeksi perjuangan dalam narasi “tanah air” misalnya. Tanah juga sering menjadi menjadi bahan sengketa yang tidak sedikit mengorbankan nyawa dan kehormatan. Bahkan, tanah juga yang akan mengakhiri legenda dunia dalam perebutan tanah tercaplok dan terjajah “Palestina”.
Legenda tanah tak pernah lekang dalam sejarah. Konon, Mbah Sayyid Sulaiman salah satu pendiri Pesantren ternama dan tertua di Sidogiri Pasuruan Jawa Timur membawa segenggam tanah yang menjadi isyarat dan saksi kemegahan dan keberkahan pesantren tersebut.
Coba kita amati lebih dalam, setiap yang berhubungan dengan tanah pasti akan membawa aspek lain yang jika dirunut selalu mengarah pada “bumi panas” dalam lingkarannya. Sampai pada kesimpulan bahwa tanah yang menjadi pijakan sebuah komunitas pun akan membawa karakteristik dan watak penghuninya. Ada istilah “tanah keras”, “tanah lidah”, “tanah adem” dan “tanah mati”. Tentu, ini adalah wilayah mitos atau pemahaman para leluhur.
Akan tetapi, realitas menunjukkan demikian. Entah teori apa yang akan menjustifikasi ini. Yang jelas, tanah akan mempengaruhi karakteristik penghuninya. Dalam beberapa tradisi Jawa pun, beberapa ritual disyaratkan ketika kita memulai menggali tanah pondasi sebuah bangunan yang konon ini bagian dari aspek kejiwaan mendalam, yaitu “melukai tanah” yang notabene juga sebagai pandangan sufistik yakni tanah juga makhluk hidup. Ia juga merasakan sakit dan seterusnya.
Kesimpulannya, tanah adalah sisi lain dari makhluk hidup. Ia bisa mempengaruhi karakteristik atau watak penghuninya. Bersyukurlah jika tanah yang kita pijak adalah bagian dari media perjuangan dan pembanding yang bijak terhadap karakter masyarakat kita yang beragam.