Wartanusa.id – Tahun Baru Imlek adalah sebuah perayaan yang kental akan tradisi dan juga mitos. Hari libur ini jatuh pada hari Sabtu dan ini menandai dimulainya tahun Ayam bagi masyarakat Tionghoa dan umat Konghuchu. Meskipun dikenal dengan Tahun Baru Imlek atau Tahun Baru China atau juga sebagian orang menyebutnya Festival Musim Semi di Tiongkok, nyatanya hari special ini juga dirayakan di seluruh Asia termasuk Jepang, Korea, Vietnam, dan juga Indonesia.
Tahun Baru Imlek juga dirayakan oleh orang-orang keturunan Tionghoa di belahan bumi lainnya termasuk bagi mereka yang sudah menetap di negara-negara barat seperti Eropa dan Amerika. Tahun Baru Imlek juga dikenal sebagai waktu yang tepat bagi keluarga untuk berkumpul bersama menyantap makanan tradisi khas Imlek yang konon dipercayai membawa berkah dan masih banyak tradisi lainnya. Berikut ini adalah hal – hal yang harus anda ketahui mengenai perayaan tahun baru Imlek
1. Berawal dari mitos hewan buas kuno

Penanggalan untuk Tahun Baru Imlek tergantung pada kalender lunisoral yang berarti perhitungannya berdasarkan pergerakan bulan dan matahari. Pada kalender Masehi, perayaan Imlek umumnya jatuh antara tanggal 21 januari hingga 20 Februari. Perayaan ini dikabarkan sudah ada sejak era Dinasti Shang (antara taun 1600 SM sampai 1100 SM), dimana ketika orang-orang memberikan persembahan kepada dewa dan para leluhur untuk menandai akhir tahun dan sebagai permulaan awal tahun. Menurut kepercayaan, seekor binatang buas legendaris yang dinamakan Nian menyerang penduduk desa di akhir tahun. Penduduk desa akan menggunakan suara keras dan lampu terang untuk menakut-nakuti makhluk tersebut supaya pergi dan praktik tersebut diyakini sebagai cikal bakal perayaan Tahun Baru Imlek seperti sekarang ini
2. Memasuki Shio Ayam Api

Tahun ini termasuk tahun Ayam Api. Ayam dalam kalender tahun Tionghoa atau lebih dikenal dengan shio termasuk urutan kesepuluh dari 12 hewan yang menjadi shio dalam kalender Tionghoa. Dalam kepercayaan dan legenda umat Tionghoa, ayam dalam shio dilambangkan sebagai ayam jantan melambangkan kedisiplinan, pekerja keras, dan bersemangat. Setiap tahunnya juga ditandai dengan elemen, seperti emas, kayu, api, air, atau tanah. Tahun ini elemennya adalah api. Terakhir tahun atau shio ayam api jatuh pada tahun 1957. Orang-orang yang lahir yang memiliki shio ayam api dipercayai dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
3. Diwarnai tradisi mudik

Tidak hanya di Indonesia saja yang mengenal istilah mudik ke kamping halaman. Masyarakat Tiongkok juga mengenal tradisi mudik untuk merayakan hari besar seperti Imlek. Di Tiongkok, mudik di kala Imlek merupakan musim perjalanan terbesar. Di tahun 2017 ini, pemudik diperkirakan mencapai 3 milyar angka perjalanan yang berlangsung pada 13 Januari hingga 20 Februari. Pemerintah Tiongkok telah menetapkan libur selama seminggu untuk merayakan tahun baru, memberikan orang kesempatan untuk kembali ke kampung halaman mereka atau mengambil liburan di luar negeri.
4. Sebagai ajang kumpul keluarga

Selama lima belas hari perayaan Imlek, biasanya akan dimeriahkan dengan kegiatan kebudayaan. Salah satunya kegiatan tradisi yang tak boleh dilewatkan selama Imlek adalah makan bersama pada malam Tahun Baru. Di setiap keluarga Tionghoa akan menyajikan makanan tradisional pada hari itu, seperti kue beras, jeruk, ikan, mie panjang, dan dumpling. Orang tua memberi anak-anak mereka yang belum menikah amplop merah berisi uang, yang disebut angpao. Warna merah pada angpao melambangkan keberuntungan di beberapa budaya Asia. Mereka akan menghiasi rumah mereka dengan lentera dan gulungan kertas. Beberapa komunitas mengatur perayaan budaya, yang meliputi tarian naga, parade budaya hingga festival kembang api.
5. Dirayakan berbeda di setiap negara

Ada banyak variasi perayaan Imlek yang dirayakan di beberapa negara di Asia. DI Korea contohnya, perayaan ini disebut Seollal. Untuk menghormati leluhur mereka, penduduk Korea memakan tteokguk, sup yang berisi daging, telur, sayuran, dan kue beras. Tradisi ini dipercaya untuk menambahkan umur di kehidupan seseorang. Lain lagi di Vietnam, masyarakat Vietnam menyebut perayaan ini dengan sebutan Tet dan salah satu bagian dari perayaan tet adalah menghias rumah dengan bunga.
6. Diakhiri dengan festival lampion

Di Tiongkok, perayaan ini berakhir di hari kelima belas dan ditandai dengan Festival Lampion. Beberapa orang percaya hari kelima belas Imlek adalah hari lahir dari Tianguan, Dewa Keberuntungan umat Tao. Lainnya memmpercayai bahwa festival lampion berhubungan dengan dewa Yu Huang, dewa tertinggi agama Tao yang marah setelah manusia membunuh bangau kesayangannya. Ia berencana mengirimkan badai api untuk mengancurkan desa yang bertanggung jawab membunuh bangaunya. Seorang pria menyarankan penduduk desa untuk menggantungkan lampion merah di luar rumah mereka yang mana diyakini bisa mengelabui sang dewa yang berpikir bahwa desa tersebut sudah terbakar.
(as)