Wartanusa.id – Bulan lalu kita baru saja memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Sebagian dari kalian mungkin berpikir jika setelah 17 Agustus 1945, Indonesia sudah merasakan apa yang disebut bahagia. Tapi nyatanya? Salah besar. Setelah merdekapun, masih banyak mimpi buruk yang dialami oleh pendahulu kita.
Kita yang hidup di era modern ini, sudah sepatutnya banyak bersyukur karena tak perlu merasakan sadisnya pembataian para pemberontak PKI. Sebagai pengingat agar kita tak lupa bersyukur, berikut ini adalah sedikit fakta tentang kekejaman PKI.
Membuat aparat Indonesia tak berdaya

Saat ini, Indonesia memang jadi negara yang mayoritas pendudukan muslim. Sementara di tahun 1948, tepatnya pada tanggal 18 September, ada sekitar 1500 orang PKI yang bergerak di pusat Kota Madiun dan melakukan penyerangan. Baik polisi, TNI dan aparat lain terkejut hingga tak mampu melakukan banyak hal ketika diserang. Setidaknya, ada 350 orang yang disandra saat itu. Keberhasilan menguasai Madiun disusul dengan aksi penjarahan, penangkapan sewenang-wenang hingga tindakan-tindakan fasisme yang sangat mengerikan. Semua pemimpin Masyumi dan PNI ditangkap, kemudian dibunuh hingga mayat-mayat bergelimpangan di sepanjang jalan. Bendera merah putih juga dirobek diganti dengan bendera dengan lambang palu arit. Sementara foto Soekarno diganti dengan potret Moeso.
Bertujuan meruntuhkan NKRI
Bisa dibayangkan, betapa sulitnya Indonesia meraih kemerdekaan dari para penjajah. Tak sedikit darah yang mengucur dari pahlawan demi mengibarkan merah putih di tiang tertinggi. Tapi, tak lama setelah Indonesia mewujudkan mimpinya untuk merdeka, sekelompok orang sadis justru berniat meruntuhkan NKRI. Dan Madiun dijadikan sebagai basis gerilya. Dan pada tanggal 18 September 1984, Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Sejak saat itu, gerakan PKI semakin merajalela hingga menguasai tempat-tempat penting di Madiun.
Umat muslim dan para ulama dibantai
Seorang sejarawan Agus Sunyoto mengungkapkan fakta sejarah bagaimana kesadisan para PKI saat melakukan pemberontakan saat itu. Ribuan nyawa umat Islam termasuk para ulama NU menjadi korban kebrutalan. Sementara simbol-simbol keislaman juga dihancurkan. Sementara itu, Presiden Soekarno meminta agar masyarakat juga ikut membantu pemerintah untuk memberantas pemberontakan dan mengembalikan pemerintahan yang sah di daerah. Madiun harus lekas kembali menjadi bagian dari Indonesia. Antara tanggal 18 hingga 21 September 1948 gerakan makar PKI dilakukan dengan begitu cepat, dalam waktu tiga hari PKI berhasil menghabaisi pejabat negara, sipil, hingga militer, tokoh politik, pendidikan hingga agama.
Baru berhasil diberantas berkat kerjasama semua bagian Indonesia
Gerakan pemberontakan PKI baru benar-benar berhasil ditumpas di tahun 1950. Hal itu berkat kerjasama masyarakat dan juga TNI. Awal tahun 1950 tersebut, masyarakat membongkar sumur-sumur yang digunakan para PKI untuk mengubur mayat para korban. Puluhan ribu masyarakat Madiun, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek datang untuk menyaksikan pembongkaran sumur-sumur yang dijuluki neraka itu. Dibongkarnya sumur tersebut juga berkat pengakuan para anggota PKI sendiri. Tak hanya sebatas ingin melihat peristiwa tersebut, tapi juga ingin mencari anggota keluarga yang diculik dan dibantai para PKI dengan kejam.
Itulah sedikit fakta tentang kekejaman PKI. Dari sejarah tersebut, setidaknya kita bisa belajar bahwa persatuan adalah modal utama untuk memberantas pemberontakan. Semua masyarakat Indonesia senantiasa bersatu hingga tak akan ada lagi PKI PKI di masa depan.