Wartanusa.id | Memiliki tubuh sehat dan kuat merupakan dambaan setiap manusia. Dengan tubuh yang sehat manusia dapat melakukan aktifitas yang maksimal sehingga dapat bertahan hidup dan dapat meningkatkan produktifitasnya.
Peningkatan produktifitas memberikan konstribusi yang besar untuk kemajuan ekonomi dalam sebuah negara.
Sebaliknya, menurunnya kesehatan berdampak buruk pada kinerja dan produktifitas seorang individu. Kesehatan yang buruk pada individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah gaya hidup (Life style) yang tidak sehat.
Dewasa ini, seiring perkembangan zaman penyakit tidak menular (non-communicable disease) menjadi masalah yang terus meningkat di setiap tahunnya.
Salah satu penyakit tidak menular yang terus meningkat adalah penyakit gagal ginjal kronis.
Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization), gagal ginjal kronik menempati peringkat ke-12 tertinggi pada angka penyebab kematian.
Hal ini dibuktikan dengan telah terjadinya kematian akibat gagal ginjal kronik pada 850.000 orang disetiap tahunnya.
Penyakit gagal ginjal kronik sendiri merupakan ketidakmampuan atau gagalnya ginjal dalam melakukan fungsinya.
Secara lebih luas gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi ketika terjadinya kerusakan atau kegagalan fungsi dari kedua parenkim ginjal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh.
Pedoman internasional saat ini mendefinisikan penyakit gagal ginjal kronik sebagai penurunan fungsi ginjal yang ditunjukkan oleh laju filtrasi glomerulus <60mL/menit per 1.73 m2, atau terdapat kerusakan ginjal, atau terjadi keduanya dalam jangka waktu 3 bulan, hal ini terlepas dari berbagai faktor penyebab yang mendasari.
Seseorang dikatakan gagal ginjal kronik tahap akhir (end stage kidney disease) jika memiliki laju filtrasi glumerolus <15mL/menit per 1,73m2.
Pada gagal ginjal kronik tahap akhir ginjal sudah tidak mampu lagi menopang kehidupan dalam jangka panjang, sehingga pada penderita gagal ginjal kronik tahap akhir harus dilakukan terapi ginjal pengganti yaitu dialisis atau transplantasi ginjal.
Penyakit gagal ginjal kronis mempengaruhi 20% populasi orang dewasa di seluruh dunia. Data menunjukkan bahwa lebih dari 1 diantara 7 orang amerika menderita gagal ginjal kronik, dengan begitu dapat dinyatakan sekitar 15% dari penduduk amerika usia dewasa atau sekitar 37 juta orang yang diperkirakan menderita penyakit gagal ginjal kronik.
Sungguh disayangkan 9 dari 10 orang dewasa dengan gagal ginjal kronik tidak mengetahui bahwa dirinya menderita gagal ginjal kronik. Dan sekitar 2 dari 5 orang dewasa yang menderita gagal ginjal yang lebih parah tidak mengetahui bahwa dirinya menderita gagal ginjal kronik.
Gagal ginjal kronik menurut usia didapatkan lebih banyak pada usia 65 tahun (38%) dibandingkan pada orang berusia 45-64 tahun (12%) atau pada usia 18-44 tahun (6%). Berdasarkan jenis kelamin pada perempuan (14%) lebih banyak dibandingkan laki-laki (12%).
Di Indonesia pada tahun 2018 terjadi peningkatan gagal ginjal kronis sebesar 19,3%. Peningkatan pasien dibuktikan dengan meningkatnya jumlah pasien yang menjalani hemodialisis di setiap tahunnya.
Sejumlah 17.193 pasien baru dan 11.689 pasien aktif dengan jumlah kematian 2.221 yang diperkirakan terjadi pada tahun 2014.
Pengobatan penyakit gagal ginjal kronik memerlukan anggaran biaya yang besar. Biaya cuci darah dan transplantasi menghabiskan 2-3% dari anggaran perawatan kesehatan tahunan di negara-negara maju.
Bagi negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, kebanyakan orang dengan gagal ginjal tidak memiliki akses yang cukup untuk melakukan hemodialisis dan transplantasi ginjal.
Sehingga sangat disayangkan banyak penderita yang tidak tertangani dengan baik.
Terapi hemodialisis merupakan proses pengeluaran air dan produk sisa yang dilakukan oleh mesin dialisis. Hemodialis dilakukan 2-3 kali seminggu dalam rentang waktu 4-5 jam.
Sedangkan terapi peritoneal dialisi dilakukan dengan menggunakan peritonium sebangai membran semipermiabel alami.
Limbah dan air dibuang ke dalam dialisat (cairan yang melewati membran dialisis). Dengan melakukan terapi dialisis diharapkan pasien kembali dapat melanjutkan hidupnya secara normal.
Pada dasarnya penyakit ginjal dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup yang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan dan komplikasinya dapat dicegah dengan melakukan perawatan yang tepat.
Namun hal ini diperlukan kontribusi yang besar dari pemegang kebijakan. Strategi pencegahan primer dan pencegahan sekunder lebih difokuskan pada kesehatan untuk mengurangi paparan nefrotoksik, dan melakukan pengawasan medis pada populasi berisiko untuk mngidentifikasi penyakit di subklinis dan tahapan klinis.
Menjaga kadar gula darah dan tekanan darah dapat membantu menjaga kesehatan ginjal. Berat badan dapat dijaga dengan melakukan pola makan yang sehat dan seimbang, serta melakukan aktivitas fisik demi mencegah terjadinya resiko penyakit gagal ginjal kronik.
Diabetes dan hipertensi merupakan faktor resiko gagal ginjal kronik yang paling dominan pada usia dewasa. 1 dari 3 pasien dewasa dengan diabetes dan 1 dari 5 pasien dewasa dengan darah tinggi memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk menderita gagal ginjal kronik.
Tahun 2014, 7th Report of Indonesian Renal Registry melaporkan pasien yang menjalani hemodialisis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu diabetes mellitus (27%), hipertensi (37%), penyakit lupus (1%), glomerulopati primer (10%), asam urat (1%), nefropati obstruksi (7%) dan penyebab lainnya (18%).
Penyakit cardiovaskular merupakan penyebab utama kematian pada pasien gagal ginjal kronik.
Pencegahan gagal ginjal kronik dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat. Menerapkan pola makan sehat seperti mengkonsumsi buah-buahan, sayuran dan kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, susu rendah lemak, serta rendah daging merah dan olahan, rendah natrium dan gula tambahan diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya gagal ginjal kronik.
Namun pada pasien yang telah terdiagnosis gagal ginjal kronik stadium 1-4 harus mengurangi jumlah natrium dan protein dalam makanannya, dan pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir harus membatasi asupan kalium dan fosfor.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari rokok, baik perokok pasif atau perokok aktif. Menghindari minuman keras beralkohol. Melakukan olah raga teratur seperti berenang atau lari pagi selama 2-3 jam tiap minggu. Memperhatikan obat-obatan yang dikonsumsi seperti anti nyeri atau jamu rematik yang dapat merusak ginjal.
Pada pasien dengan diagnosa diabetes disarankan untuk melakukan pemeriksaan fungsi ginjal secara teratur dan mengikuti saran dan petunjuk dokter agar tidak terjadi gangguan ginjal.
Menurunnya, angka kejadian penyakit gagal ginjal kronik dapat meminimalkan anggaran kesehatan yang dikeluarkan setiap tahunnya dimana anggaran tersebut dapat disalurkan ke tempat yang lebih diperlukan.
Memiliki pengetahuan tentang penyakit gagal ginjal kronis diharapkan masyarakat dapat menjalani kehidupan dengan melakukan pola hidup yang sehat.
Masyarakat yang sehat dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional yang berakibat pada terciptanya negara yang makmur dan sejahtera.
[Penulis merupakan Mahasiswa S2 pada program Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala]