
Wartanusa.id – Pemerintah Korea baru-baru ini mengumumkan bahwa insiden yang meimpa salah satu perangkat buatan Samsung Electronic yakni Samsung Galaxy Note 7 yang beberapa waktu lalu sempat dihebohkan dengan kasus meledaknya ponsel flagship tersebut ketika sudah sampai ke tangan pengguna disebabkan oleh kesalahan baterai yang kurang layak.
Oleh karena itu, Samsung Electronic dan pemerintah Korea berjanji akan memperketat keamanan terlebih di segi manufaktur baterai dan merancang sistem khusus yang bisa mendeteksi kerusakan atau kesalahan pada baterai smartphone buatan Samsung berikutnya.
Pernyataan tersebut muncul setelah Badan Standarisasi Teknologi Korea melakukan tes selama tiga bulan lamanya dengan menggunakan 14 smartphone yang overheat, 46 smartphone normal, dan 169 baterai yang diberikan oleh Samsung Electronic.
“Kami menemukan baterai (yang dibuat doleh Samsung SDI dan ATL) memiliki beberapa faktor yang menyebabkan ledakan dan tidak menemukan masalah dalam perangkat itu sendiri,” ujar perwakilan Kementerian Perindustrian Korea dalam pernyataanya.
Untuk tingkat kerusakannya, lebih fatal di bagian baterai dibandingkan dengan bagian lainnya semisal sirkuit, tambah kementerian.
“Baterai Galaxy Note 7 tidak seperti model baterai lainnya. Baterai tersebut memiliki bahan anoda di kedua kutubnya. Lonjakan tinggi di kedua kutubnya dan kesalahan kecil pada kaset isolasinya sangat mungkin menyebabkan ledakan,” ujar kementerian.
Badan Standarisasi Teknologi Korea juga mengungkapkan sudah meneliti kedalam sirkuit kontrol daya, sirkuit perlindungan baterai, tekanan eksternal dan ruang baterai dalam smartphone, tapi tidak menemukan penyebab apa pun yang signifikan.
Pernyataan perwakilan pemerintah Korea ini sejalan dengan pengumuman Samsung sebelumnya, Pada tanggal 23 Januari lalu, CEO Samsung Electronic, Koh Dong Jin menyalahkan penyebab meledaknya Samsung Galaxy Note 7 adalah baterai. Dia membantah jika kerusakan muncul dari perangkat Samsung Galaxy Note 7 baik dari perangkat keras, perangkat lunak, maupun desain.
Pemerintah mengatakan akan merevisi undang-undang yang relevan pada bulan Juli sehingga baterai smartphone harus memperbaharui sertifikat keselamatan setiap dua tahun. Saat ini, mereka hanya menjalani tes standar keamanan sebelum diproduksi massal.
Standar keamanan untuk smartphone juga akan direvisi pada bulan April untuk menambahkan item pengujian baru
(as)