
Wartanusa.com – Setelah negara Italia diguncang gempa, kini giliran Myanmar yang terkena gempa. Gempa berkekuatan 6,8 skala richter mengguncang negara tersebut pada hari Rabu (24/8) waktu setempat. Menurut United States Geological Survey (Badan Survei Geologi Amerika Serikat) mengatakan bahwa, pusat gempa berada di kedalaman 84 Km, arah barat kota Chauk, Distrik Magway, Myanmar.
Informasi yang diterima, gempa berkekuatan 6,8 Skala richter tersebut juga dirasakan oleh negara-negara tetangga, seperti Thailand, Bangladesh serta India. Setidaknya ada sekitar 20 orang terluka, sebagian adalah para pekerja yang panik melarikan diri ketika merasakan bangunan yang mereka tempati bergoyang kencang, seperti yang diungkap Theguardian.com.
Bahkan The New York Times melansir lewat situs mereka nytimes.com, sudah ada 3 korban jiwa yang meninggal. seorang wanita berusia 18 tahun dan seorang gadis 6 tahun tewas dalam tanah longsor di Yenangyaung, 40 mil hilir dari pusat gempa serta Seorang pria tewas di kota Pakokku, sekitar 40 mil sebelah utara pusat gempa, ketika pabrik pengolahan tembakau tempat ia bekerja runtuh.
Kerusakan paling parah tercatat berada di tempat wisata kuil-kuil dan candi, yang berada di kota Began. Gempa ini membuat bantaran-bantaran sungai Ayeyarwaddy longsor serta merusak hampir lebih dari 170 kuil Buddha. Sebenarnya pada tahun 1975 kuil-kuil Buddha tersebut banyak hancur akibat gempa pada saat itu, tak sedikit pula pagoda-pagoda banyak yang jatuh masuk ke dalam sungai Ayeyarwady itu.

Di Myanmar sendiri, gempa bumi relatif sering terjadi. Ini dikarenakan negara tersebut berada di titik pertemuan lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, gempa bumi terakhir yang terjadi pada tahun 2012 yang saat itu dilaporkan ada sekitar 26 orang yang tewas.

Sempat ada pertanyaan, apakah gempa di Myanmar dan di Italia saling berhubungan atau ada kaitannya?Namun kami mendapat penjelasan logis dari situs nationalgeographic.com yang meminta pendapat para ahli gempa bumi. Yang Pertama adalah John Bellini seorang ahli geofisika dari Pusat Informasi Gempa Bumi dan Survei Geologi Amerika Serikat serta Michael Steckler seorang ahli geofisika dari Universitas Columbia mengatakan bahwa antara gempa di Italia dengan gempa di Myanmar tidak saling berhubungan. Hanya kebetulan saja.
“Ke-dua gempa bumi tidak terkait satu dengan lainnya, mereka terletak di patahan yang berbeda dan dbelahan bumi yang berbeda pula. Mereka hanya kebetulan terjadi di hari yang sama dengan skala yang sama besar. “ kata John Bellini kepada Nationalgeographic.com
Ia menambahkan bahwa gempa bumi dengan skala antara 7 hingga 9 dapat memicu pegerakan kecil disekitarnya, tapi tidak untuk jarak jauh bahkan terpisah benua.
Hal senada dikatakan Michael Steckler, dalam wawancaranya dengan Nationalgeograpich.com, yang berkata, “Saya tidak berpikir mereka terkait; mereka terlalu jauh. Untuk gempa bumi ukuran ini, panjang patahan yang pecah adalah kira-kira 30 sampai 60 mil panjang (50 sampai 100 kilometer).
Gempa bumi yang menghancurkan Italia dan Myanma pada Rabu (24/8) pagi, meskipun gempa di kedua tempat berukuran hampir sama (6,2 SR di Italia dan berkekuatan 6,8 SR di Myanmar) namun peristiwa Seismik itu terjadi lebih dari 5.000 mil (8.047 kilometer) terpisah. Jadi tidak ada hubungan atau kaitannya.