Wartanusa.com – Kelompok ekstrimis Abu Sayyaf dilaporkan kembali mengeksekusi seorang sandera nya yang tak lain merupakan warga negara Filipina. Eksekusi ini diduga dilakukan lantaran tenggat waktu pembayaran tebusan yang telah diberikan sudah habis.
Hal ini dibenarkan oleh pernyataan dari Juru bicara militer wilayah Filipina Selatan, Mayor Filemon Tan pada Kamis (25/8). Tan mengatakan militan telah memenggal kepala Patrick James Aldovar yang merupakan warga desa disana pada Rabu(24/8). Kepastian bahwa eksekusi itu telah dilakukan setelah ditemukannya kepala korban tak jauh dari Kota Indanan, Provinsi Sulu.
Tan mengungkapkan kronologis peristiwa tersebut bermula dari penculikan yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis Abu Sayyaf kepada Aldovar beberapa waktu lalu tepatnya di Kota Jolo. Karena merasa tak mampu membayar tebusan yang diminta Kelompok Abu Sayyaf, akhir nya keluarga Aldovar tidak bisa memenuhi syarat pembebasan sampai batas waktu yang ditentukan berakhir.
Setelah mendengar bahwa ada warga Filipina yang menjadi korban Abu Sayyaf, membuat Duterte marah besar. Pemenggalan ini menjadi yang pertama baginya sejak dilantik menjadi Presiden Filipina. Duterte sesegera mungkin memerintahkan militernya untuk segera bertindak. Dalam kesempatannya, Duterte mengatakan “Hancurkan pengedar Narkoba, Hancurkan Abu Sayyaf,” Ujarnya.
Akibat dari kejadian pemenggalan tersebut, nasib sandera Abu Sayyaf lainnya semakin terancam. Apalagi masih ada lima orang WNI yang juga menjadi sandera kelompok ekstrimis tersebut meskipun dua diantaranya telah berhasil melarikan diri.
Kelompok Abu Sayyaf kini masuk dalam daftar organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Filipina terkait aksi nya yang semakin membuat resah belakangan ini, seperti pengeboman, penculikan, hingga tak segan memenggal kepala para sanderanya.