Wartanusa.id – Aceh Tamiang | Akibat tempat berjualannya dibongkar oknum Satpol PP, puluhan pedagang ruang terbuka hijau (RTH) ngamuk dan datangi kantor Bupati Aceh Tamiang. Jum’at (26/06/2020).
Dari video yang diperoleh wartanusa.id berdurasi 12.34 menit, salah seorang pedagang berkerudung merah berteriak-teriak mencari Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Tamiang.
Dari teriakannya, dia terus mengucapkan kata, “Sekda mana, sekda mana,” sambil terus berjalan mencari ruangan Sekda.
Selain mencari Sekda, dirinya juga mengucapkan kekesalannya kepada oknum Satpol PP, bahwa mereka tidak punya hati nurani dalam melakukan penertiban.
“Satpol tidak punya hati nurani, tidak punya sopan-santun, mereka turun dari mobil langsung angkat barang dan meminjak-minjak barang kami,” ucapnya geram.
Suasana memanas, sempat terjadi dorong-dorongan saat pedagang coba menerobos ruang Sekda, dari video tersebut terlihat Kabag Humas Pemkab Aceh Tamiang, Agusliayana Devita, Asisten I, Zulfiqar, Kadiskoperindag, Rafie serta Kadis Satpol PP/WH Aceh Tamiang, Asmai mencoba memediasi.

Kabag Humas Pemkab Aceh Tamiang, Agusliayana Devita, dihubungi via Whatsapp oleh wartanusa.id, Sabtu (27/06/2020) membenarkan adanya demo para pedagang.
“iya..ada demo pedagang, pak sekda bukan belum menemui, tapi krna masih ada kegiatan, Dan para pedagang masih emosi,” kata Devi.
Setelah negosiasi perwakilan pedagang dipersilahkan masuk untuk berdiskusi. “kita mempersilahkan utk duduk berdiskusi, baru setelah itu pak sekda akan temui.
Setelah di sepakati beberapa perwakilan saja, akhirnya kita duduk di ruang aula wabup dan pak sekda menemui 4 orang para pendemo,
Dan di akhir penutup juga pak wabup turut datang dengan mengambil kesimpulan, menunggu hari senin rapat bersama DPRK” terang Devi.
Terpisah, Ketua DPRK Aceh Tamiang, Suprianto, ST terkait hal ini mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan pertemuan dengan para pedagang yang berjualan di taman tribun Kantor Bupati Aceh Tamiang pada Hari Kamis 25 Juni 2020.
Dijelaskannya, sebagai Wakil Rakyat, kami telah menampung aspirasi dari para pedangang dan dapat memahami tentang dampak yang terjadi jika pemindahan tersebut dilaksanakan dalam waktu dekat, mengingat mata pencaharian mereka sedang sulit-sulitnya dalam keadaan pandemi Covid-19 yang belum selesai.
Jika melihat penataan kota di Negara berkembang bisa berlandaskan estetika, tapi di Daerah Aceh Tamiang menurut saya lebih baik mementingkan etika dan dikedepankan musyawarah sesuai budaya kita dan kearifan lokal dari pada estetika,” kata Suprianto.
Mengingat rakyat kita saat ini sedang dalam keadaan yang kurang baik, jadi alangkah baiknya kita menunda pemindahan para pedagang tersebut.
Pihaknya telah menyurati bupati dan Dinas Terkait agar ditunda terlebih dahulu rencana relokasi pedangang tersebut.
Bahkan secara pribadi saya berkeinginan Relokasi tersebut dibatalkan dan didiskusikan terlebih dahulu pada Rapat yang akan diagendakan dengan DPRK untuk mencari solusi terbaik.
Saya akhiri dengan kutipan KH. Ahmad Mustofa Bisri atau lebih dikenal dengan sapaan Gus Mus. “Tetaplah menjadi manusia, mengerti manusia, dan manusiakanlah manusia,” tutupnya.