Wartanusa.id – Langsa | Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh menggelar Melayu Raya Art Festival 2022 sebagai upaya melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan Melayu kepada generasi muda.
Kegiatan ini mengusung tema “Eksistensi Budaya Melayu” dengan konten kegiatan yaitu, apresiasi suara Melayu, seminar dan eksebisi Melayu, digelar di Aula Serbaguna PLN, Kota Langsa, Minggu (20/11/2022).
Sebelumnya, Sabtu kemarin (19/11/2022) juga telah digelar Festival Seni dengan memperlombakan kategori Tari Kreasi Aceh 3 Perkauman dan Pagelaran Busana Pengantin Aceh Indatu Festival.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh diwakili oleh Sub Koordinator Bahasa, Azizar Mansyah, S.Sos mengucapkan terimakasih kepada panitia pelaksana yang telah melaksanakan kegiatan tersebut dengan sukses.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan eksistensi generasi milenial Kota Langsa dalam mengenal kebudayaan Melayu,” ucap Aziz.
Sementara itu, dalam Seminar Melayu Raya Art Festival 2022 diisi dengan 3 narasumber, diantaranya, Rika Restella, S.Pd merupakan Akademisi Tari, Dr. Dilinar Adlin, M.Pd, Dosen Seni Tari Unimed dan Drs. Syafrizal, Pemerhati Budaya, dengan peserta para pelaku dan komunitas – komunitas kesenian di Kota Langsa dan sekitarnya.
Rika Restella, S.Pd dalam penyampaian materi yang berjudul Eksistensi Tari Melayu. Ia menjabarkan bahwa keberadaan sebuah kebudayaan atau menjaga budaya yang pernah ada sehingga tidak hilang atau punah. Istilah eksistensi bisa diartikan dari berbagai sudut pandang, tergantung konteks yang dibicarakan.
Eksistensi adalah keberadaan atau keaktifan sesuatu, baik itu sebuah karya atau pencipta karya itu sendiri. Eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.
“Tari Melayu merupakan salah satu unsur dari kebudayaan, yang keberadaannya harus dijaga agar tidak punah,” ujar Rika.
“Untuk menjaga keberadaan tari tersebut, maka perlunya peran para pelaku seni dan sekelompok masyarakat dalam mewarisi sebuah tarian secara turun-menurun dari generasi ke generasi, sehingga tari itu tidak akan punah dan tetap terus ada,” imbuhnya.
Drs. Syafrizal dengan materinya berjudul “Eksistensi Kebudayaan Melayu Dikalangan milenial Kota Langsa”. Ia menyampaikan bahwa perlunya diselenggara event – event seperti ini guna mengenalkan kebudayaan Melayu kepada generasi muda saat ini.
Sedangkan Dr. Dilinar Adlin, M.Pd dengan materinya berjudul “Eksistensi Kebudayaan Melayu Dikalangan milenial” menjabarkan bahwa kebudayaan melayu merupakan kebudayaan yang melekat pada bangsa sejak dulu dan merupakan kebudayaan nusantara.
“Kebudayaan melayu merupakan salah satu pilar penopang kebudayaan nasional khususnya Indonesia dan kebudayaan dunia umumnya, di samping aneka budaya lainnya. Budaya Melayu tumbuh subur dan kental di tengah-tengah masyarakat Indonesia,” kata Dilinar.
“Budaya melayu identik dengan agama, bahasa, dan adat-istiadat. Pada dasarnya tiap kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu ide, aktivitas dan artefak,” imbuhnya.
Dikatakannya, Ras melayu polinesia terdiri dari banyak suku bangsa atau suku dalam konteks rumpun bangsa besar. Indonesia merupakan sebuah masyarakat majemuk (plural siciety) yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang disatukan oleh sistem nasional menjadi sebuah bangsa negara.
Adapun pemenang konten Apresiasi Suara Melayu sebagai juara pertama diraih oleh Faisal Murba. Juara kedua diraih Romi, juara ketiga diraih Ulya dan untuk juara keempat diraih M. Sabi.