Wartanusa.id – Meulaboh | Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar, Yulizar Kasma menyesalkan kampanye menyudutkan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)/Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi terkait muslim Rohingya yang kian ramai dibicarakan.
Menurutnya, provokasi disejumlah media sosial terhadap muslim rohingya harus dihentikan segera, hal ini berdampak cukup buruk terhadap hubungan masyarakat Aceh yang selama ini menerima dengan baik Migran Rohingya ini.
Apalagi, mulai menudutkan UNHCR yang notabennya lembaga PPB yang sejauh ini konsen terhadap pengungsian,” ujar Yulizar melalui keterangan tertulisnya. Sabtu (09/12/2023).
Yulizar mengingatkan kepada tragedi puluhan tahun lalu saat konflik Aceh, ada ratusan mungkin ribuan masyarakat Aceh mengungsi keluar negeri, siapa yang bantu? Sudah jelas UNHCR.
Mahasiswa S3 Ilmu Kesehatan Masyakat Universitas Sumatera Utara menjelaskan bahwa apa yang terjadi pada Muslim Rohingya yang datang ke Aceh saat ini, hal serupa pernah terjadi pada masyarakat Aceh.
Mereka, sambung Yulizar, memang tidak diakui sebagai warga Negara oleh Pemerintah Myanmar sejak tahun 80an. akses pendidikan, akses kesehatan, akses pekerjaan, pembakaran pemukiman dan pengusiran dialami mereka secara beruntun saat di Rakhine, lebih dari 1 juta jiwa mereka berada di camp pengungsian di Banglades.
”Jadi tidak bisa watak mereka disamakan dengan masyarakat yang berada di Negara yang aman dengan akses pendidikan dan perkerjaan yang mudah, mereka orang terbuang dan dilemahkan berpuluh tahun, perbedaan itu seharusnya tidak boleh mematikan rasa kemanusiaan dan ikatan iman kita dengan mereka,” tambah Yulizar.
Yulizar yang juga Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muslimin Indonesia Provinsi Aceh ini berharap pemerintah dapat menertibkan provokasi-provokasi di sosial media yang dapat mengganggu rasa kemanusian masyarakat, apalagi pengungsi ini sebagian besar mereka adalah perempuan dan anak-anak.
“Hari ini mereka yang menjadi korban, boleh jadi ke depan masyarakat Aceh kembali bernasib sama seperti mereka.
”Saya memandang mereka ini korban atas tipu-tipu agen, mematahkan pengharapan mereka dan membiarkan mereka bertarung nasib di laut tidak mencerminkan adab kita orang Aceh, tidak ada jaminan perdamaian yang kita nikmati ini selama-lamanya.
”Maka, kita patut mendukung upaya pemerintah untuk menampung pengungsi Rohingya sementara waktu di pulau kosong, selain karna rasa kemanusiaan yang tidak boleh mati juga dapat mencegah perselisihan pengungsi dengan warga lokal,” jelas Yulizar.
Muslim Rohingya tidak sama dengan pengungsi Yahudi
Beredar provokasi di media sosial bahwa orang Rohingya akan menjadi Israel baru dengan menjajah masyarakat yang menampung mereka. Sebaran informasi ini yang membuat antipati masyarakat terhadap muslim rohingya semakin meningkat.
”Apa yang terjadi pada warga rohingya sama sekali tidak bisa disamakan dengan pengungsi Yahudi yang memiliki pemahaman zionis untuk Israel raya, Rohingya tidak memiliki visi seperti itu.
Framing opini menceritakan bahwa Rohingya diusir karna mereka memiliki tentara hanya menjadi pembenaran atas pembantaian dan pengusiran muslim rohingya oleh militer Myanmar.
”Jangan kita hanya berteriak yang di Palestina, tapi melihat negatif yang didepan mata. Jikapun kita tidak bisa membantu pengungsi malang itu, maka jangan ikut menjadi penghasut,” tutup Yulizar.