Wartanusa.id – Aceh Tamiang | Titi Kuning opak, Kabupaten Aceh Tamiang terancam ambruk akibat erosi yang menyebabkan Sheet Pile pada jembatan perlahan terkikis arus air.
Wakil Ketua Masyarakat Peduli Lingkungan (MAPEL) Aceh, Khairul Fadli merasa prihatin melihat kondisi alam Aceh yang seakan menjadi ancaman ketika musim hujan datang.
“Titi kuning Rantau yang merupakan jalur akses perekonomian rakyat menghubungkan tiga kecamatan di Aceh Tamiang yakni Rantau ,Seruway dan Karang Baru sangat memperihatinkan.”
“Runtuhnya benteng penahan erosi jembatan Rantau atau yang sering disebut Titi kuning menjadi sorotan yang bertahun-tahun kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah,” ungkap Khairul Fadli melalui keterangan tertulisnya kepada wartanusa.id, Rabu (05/06/2024).
Jika erosi ini dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan kerusakan terhadap jembatan serta kerugian besar bagi perekonomian dan keselamatan rakyat.
Aktifis lingkungan ini mengkhawatirkan tebing penahan atau sheet pile yang pernah dibuat disalah satu ujung Titi sudah amblas beberapa kali tergerus banjir, jika ambruk dipastikan Titi kuning ini akan memakan korban dan barulah menjadi pembahasan oleh para pejabat.
Menurutnya, masyarakat sekitar juga mengeluhkan dan khawatir terhadap keberlangsungan jembatan yang menjadi icon khusus Aceh Tamiang tersebut yang diresmikan oleh Direktur Utama P.N Pertamina Let Djen H Dr. Ibnu Soetong pada 17 April 1970.
“Kami berharap pemerintah Aceh menanggapi hal ini untuk meneruskan ke pusat permasalahan DAS yang ada di sepanjang sungai tamiang untuk mencari solusi merealisasikan penanganan jembatan yang telah berusia sekitar 53 tahun ini,” tambah Khairul.
Bukan hanya itu saja menurutnya maraknya perkebunan sawit dan hutan yang terus menerus ditebang harus nya menjadi atensi bersama, pemerintah harus turun kelapangan khusus untuk penyelamatan hutan serta memberikan pengawasan khusus terhadap perusahaan atau penebang liar yang terus menggunduli hutan.
“Aceh juga menjadi langganan banjir maka kita harus gerakan kepedulian terhadap lingkungan kita. Harapan nya di momentum gelora Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2024;ini tidaklah sebagai seremonial belaka namun menjadi pijakan konkret dalam melestarikan bumi beserta isinya,” tutup Khairul.