Wartanusa.id – Masyarakat Provinsi Aceh pada hari Senin (26/12) berkumpul dan berdoa bersama saat memperingati peringatan 12 tahun bencana tsunami Aceh.
“Saya kehilangan satu-satunya anak saat tsunami 12 tahun lalu, ketika itu ia masih berusia 13 tahun. Kami terpisah dan terhanyut oleh gelombang besar tsunami ,” ujar penduduk lokal Kabupaten Aceh Barat, bernama Anto, Senin (26/12).
Anto dan ratusan warga Aceh Barat lainnya berkumpul di sebuah tempat pemakaman massal di Suak Indra Puri Village, Kabupaten Aceh Barat, untuk berdoa bagi keluarga mereka dan korban tsunami Aceh lainnya.
Tempat pemakaman massal lain untuk korban tsunami lainnya terletak di Beureugang, Kecamatan Kaway XVI.
Dua lokasi pemakaman massal tersebut telah menjadi situs sakral dan seremonial bagi warga lokal dan pemerintahan untuk memperingati bencana tsunami dahsyat yang terjadi pada 2004 lalu.
“Ketika tsunami terjadi, saya menjabat sebagai kepala Suak Indra Puri Hamlet. Saya kehilangan 16 orang keluarga saya. Alhamdulillah saya diselamatkan oleh Allah pada waktu itu. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa berlari dan melarikan diri gelombang tsunami, ” ujar Arani Andah, 63 tahun.
Sementara itu, Plt Bupati Aceh Barat Rachmad Fitri HD mengatakan selama peringatan tsunami Aceh di Suak Indri Puri bahwa bencana telah memberikan pelajaran yang banyak bagi masyarakat dan merupakan instrumen penting dalam membangun masyarakat yang lebih baik dan memastikan mitigasi bencana yang lebih baik di wilayah tersebut.
“Kejadian tsunami telah memberikan kami begitu banyak pelajaran berharga,” kata Rachmad.
Di wilayah Aceh lainnya, warga Kabupaten Sabang di Pulau We, juga berkumpul untuk berdoa dan mengenang tsunami.
“Kita tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Tsunami sudah berlalu 12 tahun yang lalu. Aceh telah bangkit sejak saat itu,” ujar salah seorang warga Kabupaten Sabang bernama Heri.
Heri mengingat bahwa kala itu Sabang tidak mengalami kerusakan separah Meulaboh dan Banda Aceh saat tsunami.
Gelombang tsunami tidak sampai merusak infrastruktur di Sabang. Kota ini hanya dibanjiri, jelasnya.
Pada tanggal 26 Desember 2004, Aceh dilanda gempa berkekuatan 9,3 skala Richter yang mengakibatkan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh dan menewaskan lebih dari 100 ribu penduduk dan sekitar 800 ribu penduduk harus mengungsi.
(as)