
Langsa, Wartanusa – Mahdani Syahputra, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Suramoe Insitute mengingatkan akan potensi kehancuran Aceh, jika pasangan calon (paslon) gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, dan walikota/wakil walikota yang maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017 melakukan upaya meraih dukungan dengan menghalalkan segala cara.
Mahdani melihat bahwa situasi politik yang terjadi akhir-akhir ini telah membuat masyarakat tidak nyaman dan khawatir akan timbulnya kembali gejolak yang sangat menakutkan. Kekhawatiran itu dirasakan masyarakat tidak lain karena ketatnya persaingan antar partai politik dalam menggalang dukungan.
“Ini hal yang wajar dalam era demokrasi, apalagi menjelang Pilkada yang semua partai politik bebas mencari dukungan. Tapi, semua itu ada koridornya, ada regulasi dan etika politik di sana. Tidak lantas melakukan tindakan tercela untuk nafsu politik sesaat,” tegas Mahdani.
Apabila penggalangan dukungan telah sampai pada tindakan mengancam, menculik, terror, atau bahkan membunuh, maka, hal tersebut jelas tidak manusiawi dan melanggar aturan perundang-undangan yang berlaku. Tidak heran jika hal itu justru menimbulkan gejolak sosial, membuat rakyat resah bahkan sampai terpecah belah.
Kemenangan yang diraih dalam pemilihan kepala daerah dengan cara yang tidak demokratis, menurut Mahdani hanya akan menghasilkan pemimpin yang tidak memiliki tujuan untuk memikirkan rakyatnya. Namun, lebih cenderung untuk memikirkan kepentingan diri sendiri atau bahkan hanya untuk melanggengkan kekuasaan semata.
“Bila ini yang terjadi maka Aceh tinggal menunggu kehancuran. Untuk itu, kita sampaikan pesan moral kepada para calon kepala daerah agar berlaku fair play, demikian pula masyarakat harus pintar dengan tidak memilih pemimpin yang menggunakan cara-cara busuk,” tutup Mahdani.