Semakin maju perkembangan jaman di negeri kita semakin besar juga konsumsi ekonominya. Sehingga kian nekat saja ulah ‘nyaplok gratis uang negara’ yang dilakukan para oknum. Seperti tak mau membayangkan apa atau bagaimana akibat bagi keberlangsungan hidup negara. Terlebih akibat-akibat buruk lain bagi keluarga pelakunya.
Namun di tengah ramainya kasus korupsi dan suap di Indonesia sebenarnya masih ada saja pihak-pihak pelayan negara yang masih mempertahankan iman dan nuraninya. Sebut saja Bripka Seladi, polisi asal Malang yang ogah terima suap meski gajinya tak seberapa. Berikut beberapa fakta menarik mengenai Bripka Seladi yang perlu kita tahu dan layak teladani.
Sosok yang Sederhana Namun Nurani yang Kuat Iman
Selain bertugas mengatur lalu lintas, Bripka Seladi juga bekerja di Kantor Satuan Penyelenggara Administrasi Polres Malang Kota sebagai pengurus SIM. Dengan penghasilan utama yang tak lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Bripka Seladi punya kesempatan besar mendapat tambahan penghasilan dengan menerima suap dari orang-orang. Namun Bripka tak sekalipun berniat melakukannya. Nuraninya sadar betul bahwa kebutuhan anak dan istri harus dibiayai dengan penghasilan halal. Sehingga peluang mendapat tambahan penghasilan dengan cara itu ia hindari. Beliau bahkan melakukan tugas hanya dengan menunggangi sepeda. Sederhana tapi mengayomi begitulah sosoknya.
Memilih Jadi Pemulung daripada Terima Suap
Sadar penghasilannya kurang tak lantas membutakan mata hati Bripka Seladi. Kekurangaan itu justru membuat ide sederhana muncul dalam pikirannya. Setelah melihat orang-orang yang memungut sampah di sekitar kantornya, Bripka pun mendapat ide untuk melakukan hal serupa. Lumayan menambah penghasilan jika sampah-sampah itu laku dijual, begitu pikirnya. Dan tentu saja beliau mengumpulkan sampah ketika malam setelah pekerjaan utamanya selesai. Meski pendapatan yang beliau peroleh dari memulung hanya meraup Rp 25 – 50 ribu dalam sehari, pekerjaan itu tetap dilanjutkan.
Tahan Malu Meski Sering Diejek Pemulung oleh Orang-orang
Siapapun yang tak kenal Bripka Seladi pastilah benar-benar menganggapnya pemulung lusuh ketika bertemu beliau yang tanpa seragam polisinya. Namun beda dengan orang-orang yang mengenalnya. Mereka terkadang bertanya-tanya mengapa Bripka menyambi jadi pengumpul sampah begitu. Dan tak sedikit pula yang mengoloknya.
Namun niat mulia yang Bripka pegang teguh membantunya untuk tak begitu peduli ataupun malu atas olokan-olokan itu. Pikirnya, yang penting sampahnya laku, dapat uang halal, dan tidak melakukan kejahatan. Beliau akan lebih malu jika menyalahagunakan pekerjaannya sebagai aparatur negara.
Gudang Sampah Pribadi Milik Bripka Seladi
Pria tiga anak ini memang tak setengah-setengah dalam pekerjaannya. Bahkan sampah-sampah yang ia kumpulkan bersama rekan-rekan kini punya markas sendiri. Wajar saja karena mulung sampah yang beliau kerjakan sudah mencapai tahunan tepatnya 8 tahun terakhir. Lokasi gudang sampah tersebut tak jauh dari kantor kerjanya. Begitupun sampah-sampah yang ada di dalamnya tertata, sama sekali tak berantakan.
Bripka Seladi lebih memilih diejek orang karena nyambi jadi pemulung daripada tidak jujur dalam mendapat tambahan penghasilan. Bahkan kegigihan usahanya tersebut telah memperlihatkan hasil baik setelah bertahun-tahun menekuninya. Yang penting tiap tidur malamnya bisa nyenyak tanpa kegelisahan atas kebohongan.
Satu lagi kisah inspiratif dari seorang aparatur negara. Tidak hanya tegas namun tekun dan sangat yakin dalam kejujurannya. Semoga bisa menjadi motivasi untuk terus melakukan hal-hal baik bagi kita.