Menu

Mode Gelap
Seorang Kakek di Langsa Lecehkan Sembilan Bocah Pekan Ini, Pagelaran Budaya Aceh Terpusat di Kota Langsa Proyek Jalan Alue Gadeng-Alue Punti di Kecamatan Birem Bayeun Mangkrak PPA Langsa Sosialisasi Penanganan KDRT Terdampar di Aceh, 230 Etnis Rohingya Butuh Tempat Penampungan

Headlines · 15 Jul 2017 15:21 WIB ·

Begini Cerita Percakapan Grup Para Teroris di Aplikasi Telegram


 Begini Cerita Percakapan Grup Para Teroris di Aplikasi Telegram Perbesar

Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi telah memblokir aplikasi Telegram, terhitung mulai pukul 11.00, Jumat, 14 Juli 2017. Alasannya, web ini kerap dipakai kelompok radikal untuk menebarkan ancaman dan bahkan dijadikan sarana kelompok teroris mengembangkan jaringannya.

Menurut Nava Nuraniyah, peneliti dari Institute for the Policy Analysis of Conflict (IPAC)—organisasi yang intens meneliti ekstremisme dan terorisme—sebelum memakai Telegram, para teroris memakai WhatsApp untuk berkomunikasi. Hanya, aplikasi dari Amerika Serikat ini bisa disusupi polisi sehingga perencanaan mereka bisa disadap.

Nava pernah mencoba menyusup ke dalam grup para teroris di Telegram. Percakapannya ramai karena Telegram bisa menampung 10 ribu anggota. Ada grup besar dan grup kecil. Grup-grup besar biasanya digunakan untuk propaganda.

Jika ada pembicaraan-pembicaraan yang terkait dengan rencana teror, mereka akan membentuk grup yang lebih kecil. “Kalau pembicaraan sudah mulai vulgar, akan ada yang mengingatkan untuk melanjutkan percakapan di grup yang lebih kecil,” ujar Nava.

Di grup Telegram, kata Nava, Bachrun Naim, dedengkot teroris jaringan ISIS, biasanya mempublikasikan tanya-jawab hasil konsultasi orang-orang dengannya yang memakai jalur pribadi. “Misalnya, ada yang gagal membuat bom, lalu berdiskusi dengan Bachrun, percakapan itu ia teruskan ke grup,” ujarnya.

Tahu bahwa penggunaan Telegram populer di kalangan pengikut ISIS, polisi mencoba berkontak dengan pemilik aplikasi ini. Telegram dibuat oleh Nikholai Durov, juara berbagai kompetisi matematika asal Rusia pada 2013. Ia mendapat sokongan dana untuk pengembangan aplikasi ini dari saudaranya, Pavel Durov, pengusaha 32 tahun yang mendirikan VKontakte—media sosial dengan jumlah pemakai terbesar di Eropa.

Saat ini pemakai Telegram diperkirakan mencapai 100 juta pengguna aktif, sebagian besar orang Iran, dengan 350 ribu pendaftar baru setiap hari. Jumlah percakapan di Telegram mencapai 15 miliar pesan per hari pada 2016.

Kendati terdaftar di Inggris dan Amerika Serikat, Durov bersaudara tak mempublikasikan alamat kantor dan laboratorium Telegram. Bahkan di situs www.telegram.org tak tercantum informasi apa pun tentang para pembuatnya. “Kami sempat ke Rusia, tapi ternyata kantor mereka pindah ke Berlin, Jerman,” kata seorang perwira polisi. Disambangi ke Berlin, para polisi hanya menemui angin dingin musim salju. Keberadaan Durov bersaudara tak terlacak.

Kementerian Komunikasi dan Informatika juga tidak tahu kantor fisik Telegram. “Kami hanya pernah berkomunikasi melalui surat elektronik,” kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Semuel Abrijani Pangerapan.

Komunikasi melalui surat elektronik itu, kata Semuel, dilakukan saat kementeriannya mendapatkan laporan bahwa sebuah grup atau channel terlibat dengan kegiatan terorisme. “Beberapa kali kami minta grup itu diblok, mereka melakukannya,” tuturnya.

Grup yang diikuti Nava Nuraniyah dua kali dibekukan Telegram. Namun, ketika satu grup dibekukan, para teroris itu membuat grup lain. Mereka pun meneruskan percakapan di sana. Menurut Nava, kemudahan membentuk grup di Telegram membuat pembekuan tak menghentikan percakapan para teroris, seperti pembekuan situs-situs radikal.

Kementerian Komunikasi pernah memblokir 22 situs yang dianggap menyebarkan paham radikal yang berbahaya, salah satunya Arrahmah.com. Namun saat ini situs itu ternyata beroperasi lagi. Bahkan, di versi telepon selulernya, ada banner yang mengajak bergabung dengan channel aplikasi Telegram mereka. Ketika diklik, kita akan langsung tergabung di saluran itu. “Kami akan cek lagi,” kata Semuel.

( tempo)

Artikel ini telah dibaca 144 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Hendak Membunuh, Seorang Pria di Aceh Timur Dibekuk Polisi

18 April 2024 - 15:10 WIB

Blok PJKA Langsa Membara, Belasan Rumah Terbakar

7 April 2024 - 03:55 WIB

Gerebek Lokasi Prostitusi, WH Langsa Ciduk Tiga Wanita Satu Pria

5 April 2024 - 23:34 WIB

Terbukti Sebar Hoax, Anggota KIP Langsa Dipidana 20 Bulan Penjara

28 Maret 2024 - 23:05 WIB

Prostitusi Anak Bawah Umur Marak Di Kota Langsa

28 Maret 2024 - 00:38 WIB

Seorang Ayah di Aceh Timur Cabuli Anak Kandung Hingga Melahirkan, Kini Mendekam di Sel

21 Maret 2024 - 14:54 WIB

Trending di Aceh