Photo: halhalal.com
Wartanusa.id – Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) baru–baru ini telah menunjuk tiga daerah dan provinsi di Indonesia sebagai destinasi wisata halal dan berbasis syariah diantaranya Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Barat, dan juga Nusa Tenggara Barat.
Menurut Tazbir, direktur promosi pariwisata dalam negeri Kementerian Pariwisata mengatakan bahwa provinsi lain di Indonesia bisa juga dapat menawarkan layanan pariwisata halal berbasiskan syariah yang mana dapat memberikan nilai tambah bagi wisatawan.
“Banyak negara telah mulai menawarkan pariwisata halal. Salah satu agen perjalanan di Tiongkok, misalnya, mereka telah menggembar-gemborkan destinasi wisata halal dan hotel yang berbasis syariah, “katanya seperti dilansir dari Bisnis.com.
Tazbir menjelaskan bahwa pemerintah juga membutuhkan bantuan dari pelaku usaha pariwisata untuk mendorong pertumbuhan pariwisata halal di Nusantara. Kurangnya pemahaman di antara pelaku bisnis pariwisata, bagaimanapun juga tetap menjadi batu sandungan utama untuk mencapai tujuan tersebut.
“Tantangannya adalah mewujudkan sikap saling pengertian di antara para pemain industri pariwisata yang berbasiskan pariwisata halal,” kata Tazbir, yang juga menjabat sebagai sekretaris unit pariwisata Halal.
Global Muslim Travel Index (GMTI) 2016 mengungkapkan bahwa pasar pariwisata halal telah berkembang pesat. GMTI mencatat bahwa pada tahun 2015 melihat 117 juta kunjungan wisatawan Muslim internasional. Jumlah kedatangan diharapkan untuk mencapai angka 168 juta pada tahun 2020, dengan nilai yang dikeluarkan pengunjung mencapai lebih dari US $ 200 miliar.
Laporan yang sama menempatkan Indonesia di posisi keempat pada daftar tujuan pilihan utama pariwisata halal di antara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Tahun lalu, Indonesia menduduki peringkat keenam dalam daftar, sementara Malaysia tetap menjadi negara anggota OKI yang paling banyak mendatangkan wisatawan Muslim dunia.
Pariwisata halal tidak hanya digalakan di Indonesia. Kota-kota besar di negara dengan populasi mayoritas Islam juga gencar mendatangkan para wisatawan muslim dunia, contohnya seperti Arab Saudi, Palestina, Turki, Uni Emirat Arab, Mesir, Malaysia, hingga Maladewa.
Pariwisata halal baru mulai dikenal sejak 2015 ketika sebuah event World Halal Tourism Summit (WHTS) digelar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Sebelumnya dunia pariwisata hanya mengenal sebagai muslim tour atau semisalnya. Dalam event ini WHTS berusaha menyadarkan bahwa pangsa pasar dari wisata halal amatlah besar dan perlu untuk terus dikembangkan
Dikutip dari situs resmi DIsbudpar Provinsi Aceh, prospek yang cukup besar bagi indsutri pariwisata halal ialah tidak hanya berhubungan dengan produk halal seperti makanan ataupun minuman non-alkohol saja tetapi juga pelayanan yang halal terutama yang berhubungan dengan interaksi antara wisatawan laki-laki dan perempuan.
(as)