Wartanusa.id – Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menyampaikan sikap politik luar negeri Indonesia yang terlambat atas keprihatinannya terhadap kota Aleppo yang tengah terkepung dimana juga gencatan senjata yang dinegoisasikan sebelumnya tiba tiba saja dihentikan.
“Indonesia sangat prihatin tentang perkembangan yang sedang berlangsung khusunya situasi kemanusiaan yang memburuk di kota Aleppo,” katanya kepada wartawan setelah menghadiri sebuah acara penghargaan di Jakarta.
“Dengan terus menerusnya korban sipil yang berjatuhan, terutama perempuan dan anak-anak, Indonesia sangat mendesak pemerintahan Bashar al-Assad untuk memberikan akses penuh dan tak sengaja memblokir bantuan kemanusiaan, “ ujar menteri luar negeri di kabinet Jokowi itu.
“Kami menyadari bahwa ada sekitar 50.000 warga di kota Aleppo yang perlu dievakuasi, dan kami akan terus mendorong dimulainya kembali negoisasi damai, yang harus inklusif dan non-sektarian,” tambah Retno.
Baik pemerintah Suriah dan pasukan mujahidin telah menuduh satu sama lain melanggar perjanjuan membatalkan gencatan senjata yang mengakibatkan orang-orang turun ke jalan di tengah musim dingin. Karena keadaaan yang sangat tidak menentu di Suriah, pemerintah Indonesia juga mengalami kesulitan memantau warga negara Indonesia yang berada di Suriah.
“Masih banyak warga negara kita di Suriah. Sekarang pihak kedutaan tengah mencoba mengevakuasi warga negara kita dari area-area mana saja yang tengah berlangsung konflik,” ujar Menteri Retno tanpa memberi tahu secara pasti berapa jumlah warga negara Indonesia yang tengah berada di Suriah, khususnya di Damaskus.
Konflik berkepanjangan di Suriah ini sudah berlangsung dari tahun 2011. Khsusunya bagi warga Aleppo, ketenangan dan kedamaian tidak lagi dapat mereka rasakan. Beberapa orang memilih tetap tinggal di rumah mereka, dengan kondisi sekitar yang luluh lantak akibat pertempuran sengit pemberontak dengan pasukan rezim Suriah.
Tidak seperti kota lainnya di Suriah, kota Aleppo ini dikuasai oleh para mujahidin selama bertahun-tahun menjadi bentuk perjuangan para mujahidin untuk melengserkan rezim Bashar al- Assad.
PBB menyatakan pada Selasa (13/12), ada laporan yang menyatakan bahwa pasukan pro pemerintah Suriah menghabisi 82 warga sipil usai mengambil alih area yang sebelumnya dikuasai para mujahidin. (as)