“Siang Bertanding Rupa, Malam Bersanding Rasa” adalah sebuah ungkapan filosofis, yang lazim digunakan oleh masyarakat Banjar, untuk menggambarkan kondisi kejiwaan (psikologis) para istri yang dipoligami oleh suaminya.
Secara harfiah, ungkapan tersebut bisa diterjemahkan bahwa pada umumnya istri-istri yang dipoligami itu “saling bersaing” untuk mendapat “perhatian lebih” dari suami mereka. Maka pada siang hari, sang istri bersolek sedemikian rupa agar terlihat lebih cantik dan menggoda dari istri yang lainnya. Maka tidak heran jika mereka lebih telaten merawat diri (tubuh), seperti sering pergi ke salon, atau ikut senam untuk membentuk bodi biar terlihat lebih aduhai.
Dan pada malam hari, jika mendapat giliran, sang istri akan memberikan “layanan ekstra” atau yang lebih hot dari biasanya, dengan tujuan agar suami merasa paling puas dengan servis yang diberikannya, sehingga ia lebih disayangi oleh suaminya.
Dengan demikian, maka pada siang hari akan terjadi semacam kontes kecantikan (rupa), dan malam hari terjadi kompetesi memberikan “layanan terbaik” (rasa).