Wartanusa.id – Ada yang berbeda pada tampilan Google hari ini. Google Doodle, proyek yang menampilkan momen-momen penting atau bersejarah memasang karikatur sastrawan papan atas Indonesia, Pramoedya Ananta Toer . Karikatur tokoh Pramoedya Ananta Toer ini pun disandingkan dengan gambar mesin tik yang menunjukan kata “Google” pada tombol hurufnya.
Penggunaan tokoh Pramoedya Ananta Toer oleh Google Doodle pun bukan tanpa alasan yang jelas. Tepat hari ini, Senin 6 Februari 2017 adalah hari ulang tahun ke-92 dari sastrawan sekaligus penyair inspiratif Indonesia tersebut. Digambarkan dengan tampilan sederhana dengan karikatur beraksen warna pastel, penulis buku kontroversial Tetralogi Buru tersebut nampat tersenyum sembari mengenakan kacamata bermodel bulat, yang sama sederhananya.
Dan memang harus diakui, begitulah penampilan sastrawan tersebut semasa hidupnya. Pramoedya Ananta Toer sendiri wafat pada tahun 2006 lalu karena penyakit diabetes yang diderita. Semasa hidupnya, Pram – begitu ia biasa dipanggil – dikenal dengan karya-karyanya yang tak hanya inspiratif, namun juga tak segan memberikan kritik-kritik sosial serta sindiran politik. Karena itu tak heran, bila pada jamannya, Pram kerap tak sejalan dengan pemerintah.
Tercatat, penulis ini pernah dipenjara ketika masa penjajahan Belanda. Ketika Indonesia sudah merdeka pun, Pramoedya Ananta Toer masih bersinggungan dengan mantan Presiden Ir. Soekarno. Puncaknya adalah pada masa pemerintahan mantan Presiden Soeharto, yang mana Pram dituding terlibat dengan gerakan G30SPKI dan mendukung partai komunis Indonesia.
Pram pun dipenjara selama 30 tahun di pulau Buru, Maluku. Ia diasingkan dan dilarang keras untuk menulis. Bahkan di dalam penjara ini, Pram tak diberikan akses pada pena serta buku. Namun tetap saja, penulis ini berusaha untuk tetap menulis dan menceritakan buah pikirannya pada para tahanan lain. Hingga akhirnya ia pun mendapat ijin untuk menggunakan alat tulis dari para penjaga tahanan kala itu.
Di pulau tersebut, dari masa 30 tahun pengasingannya, Pram menulis buku Tetralogi Buru yang berisi 4 cerita pendek : Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Hingga saat ini buku tersebut masih banyak dibaca, tak hanya di Indonesia namun juga di dunia internasional.