Wartanusa.id – Baru-baru ini diadakan penelitian yang menemukan adanya efek buruk bagi kesehatan yang ditimbulkan oleh emisi dari rokok elektrik atau yang juga dikenal vapor. Dalam penelitian itu, yang semula rokok elektrik ditujukan untuk alternative perokok konvensional (red: rokok tembakau) malah justru menimbulkan ancaman yang serius terhadap perkembangan sel di dalam tubuh manusia.
Peneliti dari University of California, San Diego dan San Diego Healthcare System menemukan bahwa orang yang sudah menjadi pecandu dari asap rokok eletrik atau vapor bisa merusak struktur sel DNA mereka yang mana bisa memicu pertumbuhan kanker.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Oral Oncology, mensimulasikan paparan uap atau asap dari vapor dengan menguji sel-sel epitel di laboratorium. Tes berlangsung selama delapan minggu dan menunjukan adanya kerusakan DNA yang signifikan pada mereka yang terkena uap vapor.
Sementara itu para peneliti belum bisa mengidentifikasi penyebab sebenarnya dari kerusakaan DNA tersebut. Mereka percaya bahwa penelitian mereka relevan dengan temuan sebelumnya yang berkaitan dengan penggunaan rokok elektrik.
“Zat-zat tertentu dalam cairan yang ada di rokok elektrik masih dalam penyelidikan, karena disebabkan banyaknya formulasi yang memiliki informasi yang sangat ekslusif. Namun, satu hal yang jelas temuan kami ini relevan dan konsisten dengan penelitian sebelumnya dari efek rokok elektrik pada jaringan dan sel paru-paru yang menjadi racun utama dalam rokok elektrik,” ujar peneliti.
Food and Drug Administration Amerika Serikat memang tidak mengatur rokok elektik seperti produk rokok konvensional yang terbuat dari tembakau. Tetapi telah memperingatkan resiko kesehatan yang mungkin terjadi. Sejauh ini, masih terdapat bukti terbatas pada apa yang sebenarnya dikandung rokok elektrik dan apakah bahan kimia yang digunakan aman, khususnya yang berkaitan dengan kanker.
Pertanyaan menyeluruh adalah apakah produk rokok elektronik benar-benar lebih aman daripada rokok tembakau konvensional. Jessica Wang Rodriquez, salah satu peneliti yang terlibat dalam penelitian ini tidak berpikir bahwa rokok elektronik aman.
“Berdasarkan bukti sampai saat ini,” katanya, “Saya percaya rokok elektronik tidak lebih baik dari rokok konvensional.” ujar Jessica.
Kepopuleran vapor atau rokok elektrik bermula pada tahun 2003. Saat itu rokok elektrik mulai berkembang dan dikenal dengan nama vapor. Hal ini bermula dari seorang berwarga negara China yang bernama Hon Lik, yang berhenti merokok karena ayahnya meninggal akibat kanker paru-paru. Dia mulai mendalami, meneliti serta mencoba membuat alat-alat yang bisa berfungsi untuk menggantikan rokok konvensional yang pada akhirnya sampai ke alat yang kita kenal sekarang-sekarang ini dengan nama Vapor.